AKTIVITAS MANUSIA BERBASIS
INFORMASI
TEKNOLOGI RABBANY
===============================================
Oleh: Prof.
Dr. Sukiman, M.Si
PENDAHULUAN
Salah satu keunggulan manusia adalah hayawan an-natieq (hewan yang berfikir),
sehingga otak manusia itu dianugerahi oleh Allah lebih kurang 60 milyard sel
syaraf otak. Dengan jumlah yang bergitu besar sel yang dapat meyimpan
partikel-partikel ilmu pengetahun dan cara kerja serta gerakan manusia. Dengan
modal syaraf otak manusia itulah, manusia diberikan amanah untuk menjadi
khalifah di bumi, dengan memiliki kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi. Disinilah peran pendidikan akan memberikan wawsan ilmu
pengetahuan (kognisi) sikap (afeksi) dan pengamalan (psikomotor)
bagi manusia. Dimensi pendidikan dalam yang dapat membentuk ketiga potensi di
atas, sejatinya dilakukan beberapa model, pertama; ta’lim untuk mengisi kecerdasan akal dengan diberikan sejumlah ilmu pengetahuan agar hidupnya tetap
dalam kebenaran (haq) dan jauh dari kesalahan (bathil). Kedua; tarbiyah untuk mengisi kecerdasan
emosional (jiwa) dan keterampilan, sehingga seseorang memilki skill alternatif
dan dapat mencapai kebaikan (thayyib)
dan terhindar dari keburukan (syarr).
Ketiga; ta’dib untuk mengisi
kecerdasan spiritual agar manusia ini melaksanakan ibadah secara benar dan
kontinutas sehingga hidupnya mulia (takrim) dan terhindar dari kehinaan. Keempat; tazkiyah adalah untuk mengisi kecerdasan
hati (qalb) agar manusia memperoleh
rahmat (ni’mat) Allah dan terhindar
dari laknat Allah berupa bencana atau musibah. Kelima; riyadhah untuk mengisi kecerdasan fisik berupa kesehatan lahir dan
bathin agar hidup manusia sehat wala’afiyat, (M. Quraish Shihab, 1992:287), dan
terhindar dari penyakit, sehingga memperoleh kebahagiaan (saadah) dan terhindar dari
kesengsaraan (al-wail). Keenam; sillat
ar-rrahim untuk mengisi kecerdasan sosial agar hidupnya semakin luas (alwasi’)
dan terhindar dari sempit (dhayyiq). Dengan bergitu, seorang manusia
mesti berusaha menempatkan diri dalam posisi yang benar, baik, mulia,
memperoleh rahmat Allah, sehat dan bersosial. Potensi-potensi tersebut sangat
mempengaruhi kualitas kehidupan seorang manusia baik di dunia maupun untuk
akhirat.
Seluruh hidup manusia ini teleh
diatur, ditetapkan dan dikendalikan oleh Allah Swt secara zahir maupun bathin,
tidak ada sedikitpun yang luput dari pantauan dan aturan Allah Swt. Dengan
begitu Allah Swt memiliki kekuasaan yang sangat besar (Agung) untuk memprogram
seluruh data kehidupan manusia sejak dari zaman azaly,
perbuatan-perbuatan manusia di dunia sampai mempertanggung jawabkan
perbuatannya di akhirat. Jadi semua kegiatan hidup adalah sebagai data yang
telah dirancang di Lauh Al-Mahfudz
sebagai Pusat Data Hidup Manusia (PDHM)
mulai dari rancangan atau blue print
kehidupan dan catatan amal ibadah seseorang yang dikirim berupa amalan-amalan manusia di alam dunia,
seterusnya sampai pada hari akhirat, tersimpan rapi di pusat data ini. Data-data hidup manusia ini terdiri dari data
kebaikan (al-hasanah) dan data
keburukan (al-syaiat) data yang baik ini akan diberi Allah balasan berupa
pahala (as-tsawab) dan di akhirat
akan dimasukkan Allah ke dalam Surga (al-Jannah)
sebaliknya data buruk dan kejahatan akan diberikan dosa (al-iqab) dan akan dimasukkan Allah ke dalam Neraka (an-Nar).
Kertas kerja ini mencoba membahas
secara imajinatif teologis berdasarkan ungkapan-ungkapan Alquran dan
hadis-hadis Nabi Muhammad Saw, maupun
pendapat para ulama dengan menggunakan metode renungan dan analogi ilmiah
berdasrkan penggunaan informasi teknologi secara faktual di dunia ini. Di zaman
modern sekarang ini teknologi buatan manusia sudah begitu cangggih seperti
computer, TV, leptop, hand phon yang kemudian dapat dijadikan sumber data serta
melakukan hubungan komunikasi jarak jauh seperti internetan, email,
telekomfrens, transaksi keuangan dan yang lainnya. Tentu saja Allah telah
menciptakan informasi teknologi super cangggih yang dapat menyimpan, mengakses
data-data manusia bahkan alam semesta ini tunduk dan patuh terhadap perintahnya
(Q.S. ). Sangat berbeda dengan tekologi
informasi buatan manusia yang
terbatas hanya berkutat antara manusia
di alam dunia ini saja, sedangkan teknologi informasi buatan Allah dapat dimanfaatkan
oleh manusia di dunia sampai nanti di akhirat dan dapat dilihat dan dikendlikan
oleh Malaikat mencakup seluruh makhluk Allah Swt. Dalam tulisan ini dicoba
mengelompokkan pembahasan meliputi
pangkalan data di Luhun Al-Mahfuz lalu kemudian bagaimana data diproses sampai ke pusat data, evaluasi
data dan tentu saja bagaimana pula cara mmeperbaiki data sekiranya hilang atau
rusak dimakan oleh virus-verus jahat.
LAUHU AL-MAHFUDZ
SEBAGAI PUSAT PANGKALAN DATA MANUSIA
Dalam pandangan
ilmu Pembangunan Islam bahwa blue print
(cetak biru) kehidupan manusia pada hakikatnya sudah ada dalam perjanjian (MoU) yang disepakati
antara manusia dengan Allah yang ditetapkan dalam satu waktu dan tempat di alam
azaly yang dinamakan dengan Lauh al-Mahfudz
(Q.S. 58:22).
Lauh al-Mahfuzd itu
sendiri berada di kawasan Al-‘arsy Allah
Swt, (Q.S.7:54) tsummastawa ‘ala al-arsy
bermakna bersemayam di atas Arsy atau ditafsirkan sebagai berkuasa atau
kekusaan Allah dalam mengatur dan mengendalikan alam raya, tetapi tentu saja
hal tersebut sesuai dengan kebesaran dan kesucian Nya dari segala sifat
kekurangan atau kemakhlukan. Arsy
diartikan sebagai tempat duduk raja atau singgasana, jadi Allah Swt pemilik Arsy Yang memegang kendali kekuasaan dan
semua merujuk dan tunduk kepada Nya. (M. Quraish Shihab, 2004:139). Lauh
al-Mahfuzd juga dimaknai dengan ummu
al-kitab (induk catatan), kitab terpelihara (Q.S: al-Waqiah: 78), kitab
yang nyata (Q.S. An-Nahl ayat 75).
Selain itu, Lauh al-Mahfudz sendiri memiliki beberapa fungsi, pertama; tempat
penyimpanan program atau rencana (qadha)
Allah Swt. yang akan dwujudkan-Nya di dunia ini baik terhadap manusia,
makhluk-makluk lain dan alam semesta, termasuk hal-hal yang akan terjadi
berlaku di dunia maupun akhirat. Kedua, pusat data Ilahiyah bagi seorang hamba
atau mahkluk Allah, di mana di tempat inilah dikemas secara rapi dan utuh amal
ibadah serta semua prilaku manusia baik lahir maupun bathin (syirra wa alaniyah) yang kelak akan
dibuka (print out) dan dapat
diketahui dan diambil datanya untuk di klarifikasi dan dihisab di akhirat.
Ketiga; Tempat hasil evaluasi dua arah antara qudrah Allah Swt. dengan amal
manusia (ikhtiyar) manusia untuk kemudian dilakukan perbaikan berupa
pengahapusan serta penambahan data amal
manusia di dunia, yang telah dihimpun oleh Malaikat Kiraman dan Katibin.[1](Q.S.82:11-12).
Keempat; tempat menerima kiriman (seving pahala) dari amal ibadah manusia
berupa shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, anak amal shaleh,[2]
termasuk doa, shadaqah dari keluarga dan orang-orang masih hidup. Salah satu
wasiyat Rasulullah Saw kepada Abu Dzar Al-Ghifari, bacalah Al-quran karena
sesungguhnya ia akan menjadi cahaya
(nur) bagimu di bumi dan menjadi simpanan (zuhrun:
deposito) di langit (Lauh al-Mahfuzd).
(Hasan Al-Banna, 2012:307). Dalam fungsi pertama Lauh al-Mahfuzd di zaman ‘azaly
itulah Allah Swt. telah menciptakan roh-roh manusia dan membuat perjanjian
(fakta integritas) antara Allah Swt selaku Khalik dan manusia sebagai makhluk
dengan membuat pernyataan aqidah di hadapan Allah Rabbul Jalil untuk menjadi seorang
yang Rabbany yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah Swt, dengan menyatakan “alastu birabbikum qalu bala syahidna” Pengakuan ini termaktub dalam
firman Allah surat Al-A’raf ayat 172 :
وَإِذْ
أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ
عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172)
Maknanya: “Ketika Tuhanmu mengeluarkan
dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adamketurunan mereka dan Allah mengambil
kasaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman)”Bukakah Aku ini
Tuhanmu?”Mereka menjawab “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi (Kami
lakukan yang demikian itu) agar dihari Kiamat kamu tidak mengatakan, “sesungguhnyaketika
itu kami lengah terhadap ini. (Q.S.8:172).
Menurut Muhammad Syukri Salleh
(2003:34-35), bahwa ikrar manusia di alam roh ini melahirkan tiga hal penting
bagi kehidupan manusia di dunia. Pertama, dikurniakan status sebagai hamba Allah
s.w.t. Kedua, manusia dikurniakan pula garis panduan atau pelan induk (blue
print) kehidupan di dunia. Ketiga, manusia
dimaklumkan bahwa alam roh, alam dunia dan alam akhirat sebenarnya merupakan
alam-alam yang berkesinambungan dan tidak terpisah antara satu sama lain. Alam
roh merupakan alam perjanjian, alam dunia merupakan alam pembuktian dan alam
akhirat merupakan alam pembalasan. Oleh sebab itu, maka terbuktilah bahwa semua keturunan manusia sebagai anak Adam telah
diberikan potensi sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Potensi iman dan takwa ini direspons kelak oleh kedua orang tuanya berdasarkan
giliran yang telah ditakdirkan oleh Allah Swt. Jadi secara emberiologi roh
keturunan Nabi Adam telah pernah transit di Surga sebagai pengalaman rohani
dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan yang ada di dalamnya, kendatipun
kemudian Nabi Adam dan isterinya Hawa diturunkan ke bumi karena melanggar
perintah Allah dengan mendekati pohon Khuldi, (Q.S.2: 35). Pengalaman rohani
bagi keturunan Adam itulah diberikan perintah agama (Dienul Islam) sebagai
wahana di dunia agar kelak masuk lagi ke dalam Surga.
Setiap manususia sesungguhnya telah
memiliki pangkalan data di Lauh al-Mahfuzd atau sebut saja arsip
Ilahiyah, pangkalan data ini baru sekedar tempat identitas maupun ruang catatan
hidup manusia. Dalam pangkalan data ini baru tersimpan perjanjian seseorang
manusia dengan Allah (Q.S.8:172) yang telah disebutkan di atas. Selanjutnya pangkalan
data yang telah diisi dengan blue print, lalu kemudian baru ditambah
dengan program umum atau istilah manajemen kepegawaian disebut dengan SKP
(Sasaran Kerja Pegawai) sejatinya semua manusia telah menentukan sasaran
kerja, sebut saja SKM (sasaran kerja
manusia) yang akan dilalui oleh
seseorang, yang terdiri dari empat kolom. Empat kolom itu sesuai dengan sabda
Rasulullah Saw. yang bermakna:
Dari Abi Abd Rahman Abdullah bin Masud
Radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: ”Sesungguhnya seseorang kamu dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya
empat puluh hari sebagai nutfah (air mani), kamudian menjadi ‘alaqah” (darah)
semisal itu, lalu manjadi mudghah (daging) semisal itu, kamudian diutuslah Malaikat untuk membawa roh seseorang di dalam
rahim itu, lalu diserulah kepadanya empat hal, yaitu; catatan rizki, umur
(ajal), celaka atau bahagia” (H.R. Bukhari Muslim).
Keempat kolom (rubrik) itulah kelak
seseorang akan mengisinya sebagai Sasaran Kerja Manusia (SKM). Jadi, semua amal
perbuatan manusia itu akan diisi scara Online
ketika manusia melaksanakan kegiatan walaupun sebesar molekul sekalipun (Q.S.
99:7-8), semua data itu akan tersimpan rapi di Pusat Data Manusia (PPM) di Lauh al-Mahfuzd. Data-data terekam
sacara otomatis dari alam dunia menuju sasaran pusat data. Apabila ditelusuri
secara mendalam bahwa empat rubrik data manusia yang telah disebutkan Nabi
Muhammad Saw, itu merupakan pilar utama kehidupan. Pertama, antara rizki dan
azal, kongkritnya antara aktivitas ekonomi dan umur, karena kedua indeks ini
merupakan inti dari hidup. Apapun yang hendak dilakukan tentu mesti menggunakan
harta (al-mal) sebagai modal dasar.
Itu sebabnya Imam Al-Syatiby (tt:3).
meletakkan memelihara harta (maal)
sebagai salah satu unsur maqasid syariah, yang mesti dimiliki
oleh manusia, dengan harta itulah seseorang dapat melakukan amalan-amalan
ibadah, muamalah, akhlak bahkan imanpun sangat dipengaruhi oleh harta.
Rasulullah Saw menyampaikan dalam sebuah hadisnya yang berbunyi:”kadal faqru an yakuna kufran” artinya:
kefakiran akan membawa kepada kekufuran.
Lebih kongkrit lagi melakukan ibadah ke dalam masjid mestilah dengan maal
bahkan sebelum melakukan ibadahpun perut diisi dahulu dengan makanan, lihat
firman Allah dalam surah al-‘Araf ayat 31.
يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا
زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ
لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (31)
Maknanya:
Wahai
anak cucu Adam Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihanan (Q.S.7:31).
Begitu pentingnya harta (maal)
dan aktivitas manusia, lebih dari itu apabila ada orang fakir tentu berpengaruh
terhadap pengamalan ibadah sehingga kurang khusu’ (serius) malakukan ubudiyah
kepada Allah, karena di samping terus
memikirkan bagaimana mencari harta juga terasa rendah diri dalam memasuki rumah
Allah dan ada rasa malu dengan orang lain akibat tidak mempunyai harta ini.
Sekali lagi rizki sangat mempengaruhi ibadah apalagi umat Islam disuruh naik
haji, berqurban, bersedaqah, zakat yang tentu memerlukan harta. Ada lagi pesan
keislaman bahwa doa orang muslim tidak tertetima disisi Allah jika memiliki
harta yang haram. Ironisnya lagi, orang yang fakir dan miskin baik fisik maupun miskin cultural membuat
penderitaan hidup mereka sama dengan penderitaan di neraka. (Luqman Sutrisno,
1989:5). Mencari rizki yang halal dan aktivitas ibadah, muamalah dan akhlak
melibatkan waktu sepanjang umur seseorang, sejak dari mukallaf sampai tutup
usia. Jadi semua kehidupan manusia berada pada interval umur dan rizki, maka
sudah tentulah semua aktivitas masuk dalam pangkalan data riki dan ajal.
Pangkalan data kedua, ialah bahagia (syaadah) dan syaqiyah (celaka) sebagai dua jalan hidup sejak dari dunia sampai
akhirat. Itu sebabnya Allah menurunkan Dienul Islam sebagai wadah penyelamat
manusia baik di dunia maupun di akhirat (Q.3:19). Siapa yang jauh dari Islam
maka ia akan merugi di akhirat (Q.S. 3:85). Barangsiapa yang mengamalkan ajaran
Islam dia akan mendapatkan kebahgiaan dan barangsiapa yang meninggakan ajaran
Islam maka ia akan celaka. Maka tujuan ajaran Islam adalah memberikan jalan
akan manusia selamat sehingga diberikan dua pola yaitu, orang beriman megerjakan
amal haleh akan mendapat pahala dan ujrah maka di akhiat masuk surga,
sebailiknya orang yang kufir akan mendapat dosa (tsawab/iqab) dan di akhirat
masuk Neraka. Maka sudah semestilah data-data yang membawa kepada dua jalan itu
akan terus terinput dalam pangkalan data kedua ini, yang kelak nanti dia
akhirat akan diterimanya.
Sistem masuknya data ke dalam website
seseorang melalui empat kolom yang telah dikemukan di atas, sangat otomatis dan
pleksibel, artinya bahwa data yang masuk itu merupakan yang baik maka sudah
terdeteksi secara dini dari niat dan diringi dengan kerja maka telah memdapat
nilai ganda (niat+perbuatan). Apabila niat saja tanpa diiringi dengan kerja
masih mendapat nilai satu point, sekiranya diringi dengan kerja maka dapat sepuluh
point. Sedangkan pekerjaan buruk/ jahat, yang baru direncanakan atau niat saja
maka belum masuk menjadi data kejahatan, akan tetapi jika diiringi dengan
perbuatan jahat dsiniah baru masuk sebagai perbuatan dosa dalam pangkalan data
(Q. S. 6:160). Jadi password data manusia secara otomotis muncul dari niat.
Sabda rasulullah Saw, yang maknanya: “Sesungguhnya
amal seseorang dimulai dari niat, dan sesungguhnya setiap urusan tergantung
kepada niatnya, maka barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya maka
hijrahnya itu karena Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang hijrah karena
dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya maka hijranya itu apa yang ia
niatkannya” HR. Muslim.
PROSES
TRANMISI DATA-DATA KEHIDUPAN MANUSIA
Manusia beriman mulai diperhitungkan perbuatannya
sejak telah dibebani kewajiban (mukallaf) beragama di mana beban
tersebut dalam bingkai hukum taklifi meliputi hukum wajib, haram, sunnat,
makruh dan mubah. Semua yang dikerjakan oleh umat Islam tidak terlepas dari kelima hukum ini,
sehingga setelah mukallaf inilah pekerjaan manusia sudah dihitung,
apakah pekerjaan tersebut masuk dalam kategori pahala (tsawab) ataukah
termasuk dalam dosa (zanbun/iqab),
langsung dikirim ke Pusat Pangkalan Data (PPD) manusia di Lauh al-Mahfudz. Agar data itu akurat dan benar tentu, Islam
mengajarkan bahwa setiap manusia mengawalinya dengan niat (nawaitu) serta
diiringi dengan kalimat al-Basmallah
dan ditutup dengan al-Hamdalah. Dalam
sebuah hadis disebutkan bahwa “setiap urusan tidak dimulai dengan bismillah
maka ia akan terputus.
Adapun operator Informatika teknologi
pekerjaan manusia ini dikendalikan oleh Malaikat Kiraman dan Katibin seperti
yang difirmankan oleh Allah dalam surat al-Infitar ayat:
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10)
كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ (12)
Maknanya”
Sesungguhnya
kamu ada yang mengawasinya yaitu Kiraman Katibin, mereka mengetahui apa yang
kamu lakukan (Q.S: 19:10-12).
Bagi Malaikat sebagai operator amal
manusia, hanya bekerja untuk menginput, mengapdit, dan mengirim pebuatan
manusia ke Pusat Data Manusia, menjadi deposito
bagi seseorang di akhirat. Adapun alat rekam (recoard) seluruh perbuatan
manusia, Allah Swt telah menciptakan sebuah alat super canggih yang telah
diletakkan di leher (unuq) yang
sanggup merekam semua bentuk gerak-gerik, perbuatan baik yang tampak maupun
yang tersembunyi secara otomatis dan nonstop. Hal ini disampaikan oleh Allah
dalam surat Al-Isra’ ayat 13-14
berbunyi:
وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ
طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ
مَنْشُورًا (13) اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
(14)
Maknanya:”Dan setiap manusia
telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari
Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. Bacalah
kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu” (Q.S.17: 13-14).
Berdasarkan ayat di atas, maka semua
gerak gerik manusia sesungguhnya telah direkam secara utuh, totalitas dan
berkesinambungan dan di akhirat nanti catatan rekaman data itu akan dibuka
secara online. Akhirat adalah sasutu rukin iman yaitu percaya kepada hari
akhir, karena di sinilah Allah Swt. akan memberikan balasan terhadap perbuatan
manusia di dunia, berupa perbuatan baik maupun yang buruk. Untuk mendapatkan balasan tersebut tentu
amalan-amalan manuia tersebut mestilah ditelusuri dan diklarifikasi melalui
tiga bentuk, yaitu (1) niat (2) perkataan dan (3) perbuatan. Oleh sebab
itu, setiap niat yang dicetuskan, kata yang keluar dari mulut, setiap tindakan
yang dilakukan oleh anggota tubuh kita dicatat dalam eter (Waheeduddin, 1983:116), yang dalam al-Quran disebut dengan Unuq. Fakta ilmiah membuktikan bahwa
memang apa-apa saja kita alami, kita kerjakan yang terjadi dalam hidup kita
senantiasa dapat kita ingat-ingat lagi perisiwa-peristiwa ini masih dapat kita
orientasi ulang semenjak kita sudah balligh (berakal). Terdapat percobaan
ilmiah membuktikan bahwa seluruh fikiran kita tersimpan dalam bentuknya yang
sempurna dan kita tidak akan mampu untuk menghilangkannya. Percobaan-percobaan
tersebut membuktikan pula bahwa kepribadian tidaklah rerbatas pada apa yang
kita sebut dengan “alam sadar”. Di samping alam sadar itu terdapat bagian lain
dari kepribadian manusia yang terletak di balik alam sadar yang disebut Freud
dengan “alam bawah sadar” (Waheeduddin, 1983: 117). Dalam “alam bawah sadar”
itulah terekam data kehidupan manusia dari ketiga dimensi yang telah disebutkan
di atas, sehingga benar-benar menjadi hardis (sofe copy) dan foto copy ( haad
copy) nya telah dikirim ke pusat data manusia.
Secara lebih rinci perlu diketengahkan
fakta ilmiah berkaitan dengan ketiga dimensi data manusia yang direkam sebagai
berikut:
Pertama: Niat, adalah berupa keinginan hati
yang tercetus dalam diri seseorang, yang menurut S. Freud bahwa dorongan-dorongan
tersembunyi (conative impulses) yang
tidak pernah keluar dari alam bawah sadar, bahkan renungan-renungan yang
bersifat khayali yang terpendam dalam bawah sadar, tetap ada dalam kenyataan
dan hakikatnya tersimpan sampai puluhan tahun seolah-olah ia baru terjadi
kemaren (Waheeduddin, 1983:118). Dalam
pengalaman hidup kita shari-hari, keadaan itu benar terjadi adanya, sehingga
sering terulang dalam pikiran kita, terutama ketika dalam keadaan tertentu
sering memutar jarum jam sejarah hidup kita. Jika pengalaman itu menyenangkan
tidak jarang ia tersenyum indah bahkan ketawa kecil ketika mengingatnya,
sekiranya ingatan masa lalau itu buruk dan meneyeramkan terkadang kening dan
wajah berkerut, itulah data kejiwaan sesorang tetap tersimpan rapi dalam hardis
manusia.
Kedua, Ucapan adalah sasuatu yang
melekat dalam diri manusia yang sehari-harinya berkomunikasi sesama manusia
untuk melakukan kegiatan, termasuk juga beribadah menggunakan komunikasi.
Sangat jelas bahwa, setiap manusia akan mempertanggung jawabkan semua
ucapan-ucapan baik ucapan yang benar maupun yang buruk, puji-pujian, atau caci maki sekalipun
dan seluruh ucapan yang telah keluar dari mulut sesorang akan direkam dalam catatan lengkap, firman Allah Swt.
dalam surat Qaf ayat 18 yang bermakna: “Tidak ada satu kata yang diucapkannya melainkan ada
di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat”. (Q.S. 50:18).
Catatan ini akan diajukan ke hadapan Mahkamah Agung di akhirat untuk
penyelesaian perkara hisab manusia.
Ketiga, perbuatan merupakan gerak-gerik fisik
manusia yang sesungguhnya manjadi bukti autentik ketaatan maupun pengingkaran
manusia terhadap perintah Allah, fisiklah yang tampak melakukan ibadah seperti
shalat, puasa, zakat dan haji. Perbuatan mencuri, membunuh, judi dan perbuatan
kejahatan lainnya juga tampak secara fisik. Semua perbuatan-perbuatan jasmani
terekam menggunakan alat digital otomatis buatan Allah yang bernama unuq yang telah disebutkan di atas tadi. Alat ini merekaman ini
secara kontinu dan lengkap. Penenelitian ilmiah yang telah membuktikan bahwa
segala sesuatu, baik yang terjadi pada tempat yang gelap maupun yang terang,
benda mati maupun bergerak, semuanya memancarkan panas secara terus menerus
pada setiap keadaan dan disegala tempat. Pasan tersebut merefleksikan semua
bentuk dan dimensi peristiwa secara sempurna. Seperti halnya suara yang
merupakan refleksi dari gelombang-gelombang yang digerakkan oleh lidah.
(Waheeduddin, 1983:123).
Jadi ketiga data yang disebutkan tadi
berupa niat, ucapan dan perbuatan telah direkam oleh alat digital bautan Allah
yang sudah diletakakan di leher manusia atau semacam CCTV (central of circuit
tv) yang dalam al-Quran disebut dengan unuq.
Data-data ini setiap waktu dikirim ke Lauh al-Mahfuzd menggunakan email,
faximel, feshbook tentu saja versi malaikat. Amal manusia ini dikirim setiap
hari senin dan kamis, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw, yang
bermakna: “Kemudian dikirimlah amal-amal
manusia setiap hari Kamis dan Senin, maka Allah ‘Azza wajalla mengampuni dosa
manusia pada setiap hari itu bagi mereka-mereka yang tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu apapun” (HR.Muslim).
Manurut suatu temuan seorang ahli,
bahwa amal ibadah umat Islam akan dikirim ke Hadirat Allah lewat jalur Ka’bah,
jadi semua doa dan amal ibadah seseorang akan menumpuk di Ka’bah, lalu dengan
kegiatan tawaf seseorang yang berhaji maupun umrah memutarkan moor raksasa di
atas Ka’bah ke angkasa luar yaitu ke langit sebagai tempat Arasy Allah
bersemayam.[3]
Cara seperti ini tentu diberikan kepada orang-orang umum sehingga semua amal
ibadah mesti mengikuti regulasi teolgis, tentu berbeda dengan orang muqarrabun
(orang khawas), di mana amal ibadahnya secara langsung dapat dikirim tanpa
prosudur dan jalur regulasi.
Selanjutnya amal ibadah yang telah
dikirim dan disimpan di Lauh Mahfudz itu kelak akan akan dihitung, sehuingga ia mengetahui amalnya
itu masing-masing, Allah berfirman dalam
surat al-Qari’ah ayat 6-9 berbunyi :
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (٦)
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (٧) وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (٨)
فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (٩(
Maknanya: "Dan adapun
orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya. Maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang ringan timbangan (kebaikan)
nya. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah" (Q.S.554:6-9).
SISTEM
PEMBAHARUAN DAN PERBAIKAN DATA MANUSIA
Selama
manusia hidup semua aktivitas kebaikan dan keburukannya telah dikirim ke Lauh al-Mahfuzd, tetapi tidak semua amal
ibadah yang terkirim itu masuk dalam pangkalan data. Akan tetapi bisa jadi amal
ibadah itu tidak sampai dalam catatan itu, akibat seseorang melakukan kesalahan
atau amalan-amaan tersebut telah dimakan oleh verus (dosa) akibatnya seseorang
akan menjadi bangkrut di akhirat.[4]
Adapun virus yang dapat menghapus atau memakan pahala seseorang adalah hasad wa akhawatuha, seperti kibir (sombong), namimah (membicarakan orang lain), syum’ah (mengupat), ghibah
(membuka aib orang lain), riya (pamer
amal), syuudzan (buruk sangka) dan
hasad (dengki). Sabda Rasulullah Saw yang berbunyi: “Iyyakum min al-hasadi fainnalhasada yakululhasanata kama yakulul nnarul
khutaba”. Maknanya” Berhati-hatilah kamu dengan dengki karena dengki akan
mamakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar”.
Sebagai ilustrasi saja bahwa seseorang
tidak dapat mngetahui secara pasti apakah amal ibadahnya sudah memenuhi jumlah kuota
pahala untuk masuk Surga, ataukah dosanya lebih besar dibandingkan dengan pahalanya
sehingga ia mengira sudah menseving banyak pahala tetapi karena pahalanya
disantap oleh virus-virus buatannya sendiri akhirnya kelak ia akan masuk Neraka.
Sabda Rasulullah Saw, yang bermakna: “Sungguhnya
di antara kamu ada yang beramal dengan amalan ahli surga sehingga antara dia
dengan surga tinggal sehasta saja, tetapi didahului dengan datang catatan
amalnya ternyata ia menjadi ahli neraka maka masuklah ia ke dalamnya. Dan
sesungguhnya ada di antara kamu beramal dengan amalan ahli nereka, sehingga
antara dia dengan neraka tinggal satu hasta saja maka didahului dengan datangya catatan
amalnya ternytata ia sebagai ahli surga dan masuklah ia kedalamnya”. (HR.
Bukhari Muslim). Dari hadis ini, dapat difahami bahwa meskipun sudah
ditakdirkan Allah Swt, bagi seseorang memperoleh surga atau neraka, tetapi
masih diberi peluang oleh Allah untuk memperbaikinya, sehingga dapat memilih
untuk masuk surga. Dalam kajian ilmu kalam, memang terdapat dua aliran besar
terhadap menetukan amal manusia yaitu Jabariyah (Teosentris) dan Qadariyah
(Antroposentris). Aliran Jabariyah,
berpendapat bahwa perbuatan manusia telah ditentukan oleh qadha dan qadar dari
Allah. Menurut al-Syahrastani (2008:69) aliran Jabariyah menafikan (menolak)
adanya perbuaatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan semua perbuatan
kepada Allah Swt. Meskipun aliran ini menggunakan ayat al-Quran sebagai
landasan argumennya di antaranya (Q.S.37:9) dan (Q.S.76:30). Semantara aliran
Qadariyah berependapat sebaliknya, bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta segala
perbuatnnya, ia dapat berbuat sesuatu dan meninggalkannya atas kehendaknya
sendiri (Q.13:11). Manusia mempunyai qudrah (kekuatan) sendiri untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian behwa manusia
terpaksa tunduk kepada qadar Tuhan. (Harun Nasution, 1972:31). Aliran ini juga
menggunakan beberapa ayat al-Quran sebagai landasan ajaran mereka dinataranya
(Q.S. 13:11). Walupun ada jalan tengah
antara dua aliran yang kontradektif dengan teori “al-Kasab” berupa bertemunya antara usaha maksimal manusia dengan
takdir Allah. Menurut Asyari, manusia tidak memiliki kemampuan, tanpa ada izin
dan pengetahuanNya. Perbuatan baik dan buruk hanyalah terjadi dengan
kehendakNya, mereka menjadi saleh jika Tuhan memberinya petunjuk, niscaya
mereka mendapat petunjuk itu (Al-Asyari, tt:9). Menurut Harun Nasution
(1975:109), bahwa teori al-Kasab ini, tidak akan lepas dari asumsi
dasarnya tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Manusia dan perbuatannya
adalah ciptaan Tuhan, sedangkan manusia hanyalah sebagai alat untuk berlakunya
perbuatan Tuhan.
Apapun yang dibincangkan oleh para
mutakallim itu, pada akhirnya terserah kepada Alllah, karena Dialah yang
mengatur dan melakukan qudrah dan Iradahnya kepada manusia termasuk menentukan
seseorang untuk masuk surga ataukan neraka. Walaupun demikian, manusia tetap
berusaha maksimal memperoleh derajah yang mulia di akhirat. Untuk itulah, kita
bersuha untuk memperbaiki catatan amal yang sudah dikirim dan tersimpan di Lauh al-Mahfuzd. Allah Swt dan Rasulnya, memberikan kesempatan
untuk beramal ibadah yang luas dan menghapus dosa masa lalu yaitu bulan
Ramadhan sebagai masa perbaikan amal shaleh. Sabda Rasulullah Saw. Man shama Ramdhana imanan wahtisaban ghufira
lahu ma taqaddama min zanbihi (Barang siapa yang berpuasa dengan penuh
perhitungan maka Allah akan menghapuskan dosa-dosanya yang lalu). Dalam hadis
lain, Man qama amadhana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbihi
(Barang siapa yang shalat tarawih malam Ramadhan dengan penuh perhitungan maka
Allah akan menghapuskan semua dosa-dosanya yang lalu”. Jadi kehadiran bulan
Ramadhan sesungguhnya merupakan bulan perbaikan amal ibadah (menambah pahala)
dan menghapuskan dosa, maka seorang insan rabbany
akan benar-benar mmeiliki stok amal ibadah yang surplus. Apalag jika
mendapatkan malam lailatul qadar dengan
jumlah pahala sampai seribu bulan yang setara dengan beribadah 86 tauhun, tentu
saja seorang muslim rabbany ini akan
ditempatkan Allah di Surga Jannatun Naim.
PENUTUP
Begitulah
secara umum amal perbuatan di bumi dan setiap hari dan setiap tahun
amalan-amalan manusia dikirim kapada Allah dan akan disimpan di cacatatan amal
di Lauh al-Mahhfuz. Catatan amal manusia
ini direkam melaui alat monitor digital supra Ilahiyah yang disebut Unuq (Q.S. 17:13-14) oleh Malaikat
Kiraman Katibin (Q. S.83:10-12). Layar monitor inipun berjalan secara otomatis
dan non stop, sehingga Allah Swt melarang sesorang untuk menutup layar rekam
monitor ini (Q.S. 17:29) agar data yang masuk ke Unug ini tercatat jelas dan benar. Sejatinya semua amalan-amalaan
manusia yang telah dikirim tesebut dapat masuk dalam kartu amalan di Lauh Al-Mahfuz
itu, tetapi bisa jadi amal ibadah itu tidak sampai dalam catatan itu, akibat
seseorang melakukan kesalahan atau dimakan oleh verus (dosa) akibatnya seseorang
akan menjadi bangkrut di akhirat. Adapun virus yang dapat menghapus atau
memakan pahala seseorang adalah hasad wa
akhawatuha, seperti kibir (sombong),
namimah (membicarakan orang lain), syum’ah (mengupat), ghibah (membuka aib orang lain), riya (pamer amal), syuudzan
(buruk sangka) dan hasad (dengki). Sabda Rasulullah Saw yang berbunyi: “Iyyakum min al-hasadi fainnalhasada
yakululhasanata kama yakulul nnarul khutaba”. Maknanya” Berhati-hatilah
kamu dengan dengki karena dengki akan mamakan kebaikan seperti api memakan kayu
bakar”.
Untuk
memperbaiki amal ibadah manusia ini masih diberikan usaha yang maksimal ketika
bulan Ramadhan datang. Di sini, seorang mauslim dapat mmeperbanyak amal shaleh
yang dapat mengahapus dosa, sehingga catatan pahalanya semakin bertambah dan
dosanya dihapuskan, sehingga tercatat sebagai ahli jannah.
Wa Allah ‘alam bi
ash-Shawab
DAFTAR
BACAAN
Al-
Asy’ari. (tt) Al- Ibanah an ushul
al-Diniyah. (Kairo: Idarah al-Tahabaah al- Muniriyah).
Abu
Al-Fatah Muhammad Abd Karim bin Abi Bakar Ahmad al-Syahrastani (2008) Al-Milal wa an-Nihal. (Beirut: Dar
al-Fikri).
Hasan
Al-Banna (2012) Majmu’ atu Rasail (Surakarta: Era Adicitra Intermedia).
Harun
Nasution (1986) Teologi Islam:
Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, Perbandingan (Jakarta:UI Press).
Imam Al-Syatiby (tt)
Al-Muawafaqah fi Ushul Al-Ahkam,
(Beirut: Daar al-Fikri)
Mansyur Amin (1989), Teologi Pembangunan: Pandangan Baru Pemikiran Islam (Jakarta: LKPSM NU DKI), hal. 5.
Muhammad Syukri
Salleh (2003). 7 Prinsip Pembangunan Berteraskan Islam (Kuala Lumpur:
Zebra Edition Sdn. Pusat Pengajian Sains Kemasyarakatan USM).
Muhammad Quraish Shihab
(1992). Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan).
Wahiduddin Khan (1983) Islam Menjawab
Tantangan Zaman, (Bandung: Pustaka Perpustakaan Salman Institut Teknologi
Bandung).
[1] Malaikat Kiraman dan Katibin
(Mulia dan mencatatkan) mereka mengatehui apa-apa yang kamu perbuat, (Q.S.82)
[3] Menurut temuan ini, kenapa harus shalat menghadap kiblat, juga
kenapa harus ada ibadah tawaf, maka berdasarkan implikasi hukum Kaidah Tangan
Kanan (hukum alam) bahwa putaran energi
kalau bergerak berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah energi akan naik ke
atas. Arah ditunjukkan arah empat jari dan arah ke atas ditujukan oleh arah
jempol. Enegi yang terkumpul akan diputar dengan ke atas menuju langit, sebagai
suatu cerobong dari Ka’bah. Tuhan telah
membuat saluran agar shalat dan doa dalam bentuk energi tadi agar sampai ke
Hadirat Nya selama 24 jam sehari terpancar cerobong Energi yang terfokus naik
ke atas langit. (http//palingseru.com/4831/ Hubungan
Kiamat Dengan Kubah).
[4] Ada sebuah kisah, yang
disampaikan oleh Rasulullah bahwa orang yang bangkrut di akhirat ialah
orang-orang dia kherat telah membawa banyak amal ibadah baik amalan shalat,
puasa, zakat dah haji tetapi banyak orang yang komplin atas kejhatannya di duia
maka Allah mempersilaknnya untuk mengklarifikasi atas kebenaran tersebut, dan
akhirnya pahala sedikit demi sedikit diberikan kepada yang menuntutnya,
akhirnya semua pahala-pahalanya telah
habis, akan tetapi masih ada yang komlin maka dosa orang tersebut dibebankan
kepadanya maka bangkrutlah dia.