Eksistensi Psikologi Agama Dalam Menyikapi Cyber Crime
di Kalangan Mahasiswa UIN SU
Abstrak
Cyber crime phenomenon currently makes the Internet media is not controlled anymore, so the need for supervision in its use. However, to monitor internet users is not easy. Especially for UIN students of Sumatera Utara. Cyber crime can attack anyone, various kinds of cyber crime can be done, among others blasphemy, mutual humiliation, theft, robbery, and even can kill a person can also be done through cyberspace. Being evil is human nature, the crimes committed by modern-day humans are called cyber crime, through cyberspace everybody can do something, be it positive or negative impact, it just depends on how the use. The role of Religious Psychology in dealing with Cyber Crime is very worth offered, let alone can be applied among students UIN North Sumatra Medan. Religious psychology is one methodology in addressing the phenomenon of cyber crime, because talking psychology with regard to the soul and psychic person, touch the soul can be easier to apply let alone among students. Psychological conditions of students are very vulnerable from the social phenomena that occur. Therefore, it is expected that Religious Psychology as a solution in dealing with the problems that occur among the students. Students now can not be separated from the virtual world. Through Psychology of Religious Students UIN North Sumatra more mature in addressing the virtual world and avoid cyber crime.
Kata Kunci: Eksistensi, Psikologi Agama, Cyber
Crime
Pendahuluan
Dalam pandangan psikologi, manusia memiliki sifat eksploratif dan
potensial, sebagai makhluk eksploratif dalam jiwa manusia terdapat kemampuan
dasar untuk mengembangkan dirinya baik secara fisik maupun psikis, dan sebagai
makhluk potensial disebabkan dalam diri manusia terdapat/tersimpan sejumlah
kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan dalam hidupnya. Dalam kehidupan
keagamaan integrasi antara sifat eksploratif dan potensial menimbulkan emosi
atau perasaan dalam pada diri manusia sebagai sumber
tingkah laku manusia. Justru itu keberadaan agama bagi manusia merupakan
sesuatu yang sangat penting untuk mengembangkan kedua unsur yang terdapat dalam
diri individu. Dalam psikologi keberadaan agama merupakan tanggapan manusia
terhadap Tuhan sebagai pencipta alam semesta atau sebagai Suatu Realitas
Mutlak. Dengan agama manusia menyadari hakekat keberadaannya di
dunia ini. Di samping itu agama menawarkan keselamatan dan ketenangan hidup
bagi mereka yang melaksanakan, sebaliknya akan menghukum orang yang
mengingkarinya, Disamping itu, keberadaan emosi keagamaan bagi seseorang dapat
dijadikan sebagai standar keta’atan pelaksanaan agamanya.
Manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk religius
senantiasa dipengaruhi oleh lingkungannya, manusia sebagai makhluk individu
memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk mengadakan hubungan dengan manusia
lain dalam bentuk kelompok-kelompok sosial, dengan hubungan itu terjadi
interaksi sosial diantara anggota kelompok dalam masyarakat. Dalam Islam
kehidupan masyarakat itu disebut dengan masyarakat Islam yaitu kelompok manusia
yang hidupnya terjadi oleh kebudayaan Islam yang dilaksanakan oleh kelompok
itu. Ringkasnya masyarakat Islam adalah kelompok-kelompok manusia yang
kehidupannya berdasarkan pada kebudayaan Islam.
Fenomena cyber crime seperti gunung es yang
suatu saat akan meletus. Ini terjadi ketika era telekomunikasi dan informasi
sudah menguasai keseluruh penjuru dunia terkhusus di Indonesia. Masyarakat
Indonesia mulai dari kota sampai kepelosok desa sudah tersentuh dengan
teknologi informasi dan komunikasi. Hampir seuruh warga Indonesia memiliki alat
komunikasi yaitu HP.
Penggunaan Hand Phone bisa berdampak
positif dan juga negatif tergantung penggunaannya saja. Kejahatan yang terjadi
di era sekarang bukan saja ditimbulkan langsung oleh si pelaku kejahatan, akan
terapi melalui telekomunikasi dan internet juga sudah mulai terjadi. Maka dari
itu, untuk mengantisipasi kejahatan tersebut perlu ada counter dari diri maupun
dari penyedia layanan fasilitas yaitu internet dan sebagainya.
Ketika terjadi kekacauan di dunia maya, maka
harus ada peran dan eksistensi dari dorongan diri sendiri atau sering disebut
dengan psikologi. Psikologi bisa dijadikan alat untuk mengcounter kejahatan
yang diakibatkan oleh media internet dan telekomunikasi.
Saling hujat yang dilakukan oleh masyarat
modern saat ini alat yang paling ampuh adalah melalui media telekomunikasi dan
internet. Maka tidak heran, mulai dari issu sara yang terjadi pada pesta
demokrasi di DKI Jakarta, dan hingga merembet keseluruh pelosok Indonesia.
Dalam psikologi
agama, kesadaran agama (religious counsciosness) dan pengalaman
agama (religious experience) sangat penting bagi manusia.
Psikologi agama mempelajari dan meneliti pengaruh kepercayaan terhadap sikap
dan tingkah laku atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang. Sedangkan
kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikophisik dalam diri
individu yang turut menentukan cara-caranya yang khas dalam menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan pisik maupun psikis, yang akhirnya membentuk kelompok atau masyarakat. Dalam Islam, kelompok keagamaan itu
dikenal dengan masyarakat Islam yaitu: kelompok-kelompok manusia yang hidup
berdasarkan keimanan, sebab iman kepada Allah Swt akan membentuk akhlak yang
mulia dan kesadaran sosial yang tinggi. Selanjutnya akan melahirkan perilaku
budaya dan kontrol sosial yang baik terhadap kehidupan masyarakat.
Mahasiswa UIN Sumtera Utara adalah bahagian
dari pemakai dan pengguna internet, gejala-gejala sosial yang terjadi
dimasyarakat sering membuat kalangan mahasiswa bingung dalam mengambil sikap. Hadirnya
Psikologi Agama adalah suatu solusi yang tepat, karena yang terjadi pada
masyarakat Modern adalah GEGANA (Gelisah dan Merana), gelisah dan merana adalah
gejala psikis manusia yang diakibatkan oleh kondisi kejiwaan seseorang yang
tidak bisa diatasi oleh dirinya sendiri. Solusi yang ditawarkan oleh Psikologi
Agama adalah pendekatan Agama, bagaimana gejala-gejala psikis yang terjadi bisa
diobati dan diterapis lewat agama yang dalam tasawuf disebut Maqamat dan
Ahwal, yaitu: Taubat, syukur, sabar, ikhlas, ridho, zuhud, wara’,
Qana’ah, Tawaqal, Tawadhu, Dzikir, Taqarrub, Khauf, Raja’, Muraqabah,
Mujadalah, Istiqomah.
Eksistensi
Psikologi Agama
Psikoanalisis disebut juga Dept psychology, yaitu mencari
sebab-sebab prilaku manusia pada dinamika jauh dalam dirinya yaitu pada alam
tak sadarnya. Bapak
mazhab ini adalah Sigmund Freud, seorang neorolog yang hidup di Wina pada akhir
abad kesembilan belas. Pada masa itu, ilmu kedokteran yang menyingkap
sebab-sebab penyakit fisik dan mental masih sedikit. Penyakit yang banyak
terjadi pada waktu itu adalah histeria yaitu penyakit yang menunjukkan
masalah pisik tanpa ada sebab-sebab masalah pisik yang diketahui.. Untuk
menghilangkan masalah histeria ini, Freud melakukan hipnotis. Dari penelitian
Josef Breur terbukti bahwa metode hipnotis kurang efektif dan kemudian Freud
mengembangkan metode psikoanalitik untuk menggali pengalaman masa lalunya.
Menurut Freud,
Semua prilaku manusia, baik yang tampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi
(pikiran) disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Ada peristiwa mental
yang disadari dan ada yang tidak, Tetapi mudah untuk diakses (preconcious), dan
ada yang sulit diakses (unconcious) yang dinamakan alam tak sadar. Di
sini terdapat dua struktur mental yang merupakan bagian terbesar gunung es
yaitu Id sebagai reservoir energi psikis yang hanya memikirkan
kesenangan. Di sini jugalah terdapat Super Ego sebagai reservoir nilai-nilai
sosial yang diserap dari lingkungan masyarakat dan orang tua. Dipuncak gunung
es terdapat Ego sebagai pengawas realitas.[1] Ego merupakan
seperangkat mekanisme dan strategi untuk menghadapi hidup, yang digunakan diri
untuk menemui dirinya.[2]
Tujuan
psikoanalitis menurut Freud adalah mengurangi derita neurotis menjadi
ketakbahagiaan bisaa. Carl Gustav mengkritik Freud karena penekanan yang
berlebihan pada seksualitas dan agresifitas. Sebab ketaksadaran bukan hanya
komponen instingtual sek dan agresifitas tetapi juga dimensi spiritualitas.
Jiwa tidak hanya mengandung the personal unconscious, sebagai himpunan
pengalaman pribadi, tetapi juga the collective unconscious sebagai
simpanan pengalaman jutaan kehidupan manusia. The collective unconscious
(ketaksadaran kolektiv) dilanjutkan dari generasi ke generasi melalui arketip (archetyps),
yaitu bentuk dan citra universal yang terdapat pada mitos-mitos dari berbagai
kebudayaan (akar-akar kepribadian).[3] The collective unconscious ini
bagi Danah Zohar mengacu pada Dewa-dewa mitologi Yunani kuno sebagai arketip
seperti anak Tuhan, ibu yang agung, ksatria, raja, ratu, orang tua yang bijak,
tukang sihir dan sebagainya. Bagi umat Islam itulah Allah dengan asmaul
husna-Nya.[4]
Istilah
eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal
berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Dengan istilah in hendak dikatakan oleh
para eksistensialis bahwa eksistensi manusia seharusnya dipahami bukan sebagai
kumpulan substansi-substansi, mekanisme-mekanisme, atau pola-pola statis,
melainkan sebagai “gerak” atau “menjadi”, sebagai sesuatu yang “mengada”.
Eksistensialisme
adalah aliran filsafat yang bersaha memahami kondisi manusia sebagaimana
memanifestasikan dirinya di dalam situasi-situasi kongkret. Kondisi manusia
yang dimaksud bukanlah hanya berupa ciri-ciri fisiknya (misalnya tubuh dan
tempat tinggalnya), tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat itu
(misalnya perasaan senangnya, kecemasannya, kegelapannya, dan lainnya). Manusia
eksistensial lebih sekedar manusia alam (suatu organisme/alam, objek) seperti
pandangan behaviorisme, akan tetapi manusia sebagai “subjek” serta manusia
dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, yakni sebagai kesatuan
individu dan dunianya. Manusia tidak dapat dipisahkan sebagai manusia individu
yang hidup sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dengan lingkungan dan
habitatnya secara keseluruhan. Manusia (individu) tidak mempunyai eksistensi yang
dipisahkan dari dunianya dan dunia tidak mungkin ada tanpa ada individu yang
memaknakannya. Individu dan dunia saling menciptakan atau mengkonstitusikan (co-constitute).
Dikatakan saling menciptakan (co-constitutionality), karena musia dengan
dunianya memang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Tidak ada dunia
tanpa ada individu, dan tidak ada individu tanpa ada dunia. Individu selalu
kontekstual, oleh karena sebab itu tidak mungkin bisa memahami manusia tanpa
memahami dunia tempat eksistensi manusia, melalui dunianyalah maka makna
eksistensi tampak bagi dirinya dan orang lain. Sebaliknya individu memberi
makna pada dunianya, tanpa diberi makna oleh individu maka dunia tidak ada
sebagai dunia.
Psikologi
eksistensial adalah ilmu pengetahuan empiris tentang eksistensi manusia yang
menggunakan metode analisis fenomenologis. psikologi eksistensial bertentangan
dengan pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-ilmu
pengetahuan alam dalam psikologi.
Psikologi agama meneliti dan
mempelajari kesadaran agama ( religious counsciosness) dan pengalaman agama
(religious experience) manusia. Disamping itu psikologi agama mempelajari dan
meneliti pengaruh kepercayaan terhadap sikap dan tingkah laku atau mekanisme
yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara berfikir, bersikap dan
bertingkah laku seseorang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, sebab
keyakinan itu termasuk kedalam konstruksi kepribadian. Maka keberadaan
psikologi agama diharapkan untuk dapat mewarnai segala kegiatan manusia berfasarkan
nilai-nilai agama. Sumber aktivitas keagamaan dalam psikologi berasal dari
emosi, dalam konteks psikologi agama emosi adalah energi psikis sebagai
pendorong atau penggerak manusia berkelakuan agama, sekaligus sumber aktivitas
keagamaan manusia. Emosi keagamaan merupakan suatu keadaan jiwa yang
menimbulkan getaran-getaran yang mendorong terjadinya dinamika kehidupan
keberagamaan manusia. Sehingga emosi memiliki peranan penting dalam bersikap
dan tindak keagamaan yang dilakukan seseorang. Tidak ada suatu sikap atau
tindak keagamaan yang dapat difahami tanpa mengindahkan emosinya. Oleh sebab
itu, dalam penelitian atau memperlajari perkembangan jiwa agama pada seseorang,
perlu diperhatikan seluruh fungsi-fungsi jiwanya sebagai suatu kebulatan.
Dimensi Kehidupan Spritualitas Sebagai Counter Cyber
Cryme
Kata “Psikologi” pada
masa sekarang mengandung arti “psychology” yang berarti ilmu pengetahuan
tentang jiwa. Dan psykologi spiritual Islam ini membahas keseluruhan alam
rohani manusia yang luas dan batas-batas yang nyaris tidak terbatas. Menurut
R.S Woorwoth dan D.G Marquis: psychology is the scientific studies of the
individual activities relation to environment.[5] Sedangkan menurut
Verbeek Psykologi adalah ilmu yang menyelidiki penghayatan dan perbuatan
manusia dituju fungsinya bagi subyek. Menurut Bimo Walgito Psikologi merupakan
ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku serta
aktivitas-aktivitas dimana tingkah laku serta aktivitas itu sebagai manifestasi
hidup kejiwaan.[6] Ilmu pikiran
berkenaan dengan pemeriksaan instrument-instrumen mental yang merupakan
perlengkapan manusia, sementara ilmu rohani lebih banyak mengkaji dan
mendefinisikan kekuatan-kekuatan petunjuk yang menggerakkan
instrument-instrumen jiwa. Psikologi spiritual oleh
para dokter jiwa Islam di bagi tiga bagian utama, dan jiwa-jiwa sebagai pusat
energi yang hidup berdampingan dan masing-masing saling menembus
dengan kadar tertentu yang saling mempengaruhi. Tiga pusat itu adalah nafs,
yaitu nafsu atau diri yang egois, kedua qolb, hati atau diri yang cerdas,
dan ketiga ruh, diri spiritual dan intuisional.[7]
Nafs dan ego adalah
kekuatan yang mengikatkan kita pada kehidupan fisik, dan Nafs memiliki
dua bidang aktivitas yaitu fisik dan mental. Nafs melahirkan ketamakan terhadap
benda-benda dunia, kekikiran, kesukaan berperang, kekejaman, dan nafsu akan
kekuatan dan kekuasaan. Qolb atau hati tidak berkenaan dengan fisik tapi hati
berkenaan dengan inti dari jiwa yang sentralisasi sesuai dengan sentralitas
hati dan tubuh manusia, Instrumen-Instrumen utama dari qolbu adalah fakultas –
fakultas pikiran yang biasanya dianalisis oleh para psikolog, seperti akal,
imajinasi,ingatan dan semua yang termasuk dalam alam pemikiran. Tapi qolbu tuan
dari seluruh makhluk dengan segala segi, kualitas dan segala energinya dan
pemimpin mereka yang harus diikuti apakah menuntun mereka kejalan surga atau kejalan
keneraka. Qolbu mau menerima pengaruh ruh dan nafs dan ia punya kebebasan untuk
menerima yang mana saja pengaruh yang dikehendakinya dan apapun bagiannya dan
berdasarkan ini membentuk tujuannya dan dan kemudian dilaksanakan dalam
perbuatannya. Dan ruh adalah penasehat alamiah dari qolbu dan penerangnya
dengan cahaya ilmu dan kesucian.
Psikologi Agama
- taubat
- syukur
- sabar
- ikhlas
- ridho
- zuhud
- wara'
- qana'ah
- tawakal
- tawadhu
- zikir
- taqarrub
- khauf
- raja'
- muraqabah
- mujadalah
- istiqomah
- Sikap Mahasiswa UIN Sumatera Utara Terhadap Syber Crime melalui Psikologi Agama
Dunia maya atau internet lebih digandrungi oleh kalangan mahasiswa, tidak ada yang tidak menggunakan internet di kalangan mahasiswa UIN Sumatera Utara. Menurut penelitian bahwa kecendurngan menggunakan internet bisa mengakibatkan menurunnya prestasi jika penggunaannya tidak tepat guna. Artinya, perli filterisasi dalam penggunaan internet. Kejahatan melalui internet mumbuat mahasiswa UIN Sumatera Utara tidak fokus pada pelajaran. Maka, di UIN Sumatera Utara melalui LKTQ (Lembaga Konsultasi Tawasuf Alquran) banyak menceritakan masalah psikis mereka. Sehingga pendekatan psikologi agama sangat diperlukan bagi penyelesaian problem mahasiswa.Masa remaja adalah cendrung mengalami gangguan jiwa atau disebut dalam Psikologi Agama yaitu konversi beragama. Ada masa titik jenuh beragama bagi mahasiswa UIN Sumatera Utara diakibatkan oleh Cyber crime. Bahaya besar yang diakibatkan cyber crime membuat jenuh beragama dikalangan mahasiswa UIN Sumatera Utara. Maka dari itu, pendekatan sufistik untuk penyelesainnya, karena sentuhan jiwa atau psikis jalan yang perlu ditempuh dalam penyelesaiannya.Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam (FUSI) adalah salah satu Fakultas yang ada di lingkungan UIN Sumatera Utara, FUSI adalah fakultas yang fokus kajian keislaman, kajian keagamaan secara mendasar. Maka, telah dibentuk lembaga yang khusus mengkaji gejala psikis seseorang yaitu lembaga konsultasi tasawuf qurani. Tujuan lembaga tersebut untuk membantu masyarakat UIN Sumatera Utara dan masyarakat umum dalam mengatasi masalah psikis, mencari solusi tentang persoalan-persoalan mental, rohani dan keagamaan dengan pendekatan tasawuf, Alquran dan Hadis.Maka dari itu dengan keberadaan LKTQ, mahasiswa UIN Sumatera Utara dapat membentengi diri dari cyber crime. Dengan pendekatan psikologi Agama, mahasiswa UIN Sumatera Utara dapat menggunakan internet lebih kearah positif. Kendatipun tidak seratus persen berhasil dalam menyelesaikan psikis di kalangan mahasiswa UIN Sumatera Utara. Perubahan sikap mahasiswa itu terantung dari teman bermainnya, teman belajarnya, dan teman dekatnya. Jadi psikologi agama melalui LKTQ hanya sebagai media untuk membantu para mahasiswa yang mengalami gangguan psikis akibat dari cyber crime.PenutupDari formulasi yang ditawarkan oleh Psikologi Agama melalui Psikologi sufi, maka cyber crime bisa di counter. Karena kuncinya ada pada diri sendiri, semakin dekat dengan Tuhan, merasa selalu diawasi oleh Tuhan, secanggi apapun media teknologi tidak akan membuat orang menjadi rugi atau merugikan orang lain. Kejahatan terbaru yaitu menggunakan dunia maya, baik itu saling menghina, menghujat, bahkan melakukan penipuan. Orang yang melakukan kejahatan ternyata psikisnya terganggu. Baik itu disebabkan oleh dorongan luar maupun dari diri sendiri.Gejala sosial yang terjadi di kalangan mahasiswa UIN Sumatera Utara mudah teratasi dengan pendekatan Psikologi Agama, karena sentuhan hati dan jiwa yang dilakukan, maka dari itu kejahatan dunia maya atau sering disebut cyber crime bisa membentengi diri. Ketika pengguna internet dapat dikonsumsi oleh pemakai sebebas-bebasnya sehingga tidak ada batasan, oleh karena itu melalui pendekatan Psikologi Agama, mahasiswa UIN Sumatera Utara lebih berhati-hati dalam penggunaan internet dan dunia maya. Karena selain pendekatan kejiwaan dan juga penguatan dari Agama.Eksistensi Psikologi Agama adalah sebuah tawaran yang bagus bagi kalangan mahasiswa UIN Sumatera Utara. Karena sentuhan yang dilakukan melalui pendekatan jiwa dan penekanannya melalui Agama.DAFTAR BACAANAbdullah bin Ali as-Sarraj at-Tusi, al-Luma’ fî Târîkh at-Tasawuf al-Islâmi, (Libanon: Dar Al-Qatab Al-Ilmiyah, 2007)Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab – Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progesif, 1984)Al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al-KarimAl-Khudhari, Muhammad bin Abdul Aziza, Hakekat sabar menurut al-qur’an, (Jakarta: Darul Haq, 2001)Al-Qusyairy al-Naisabury, Ar-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi At-Tasawufi, terj. Mohammad Luqman Hakim dengan judul Risâlatul Qusyairiyyah: Induk Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000)Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004)Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah Ditengah Reformasi Menuju Era Baru Dalam Memasuki Abad ke-21 H ), Makalah ( Bandung ; SMF IAIN Sunan Djati, 1999)Basri Iba Asghari, Solusi Alquran – Problematika Sosial, politik, dan Budaya, Cet. I., Jakarta: Rinekea Cipta, 1994Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, ( Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1983)Buntje Harbunangin, Art & Jung: Seni Dalam Sorotan Psikologis Analitis Jung,(Jakarta: Antara Publishing, 2016)Dakir, Pengantar Psykologi Umum ( Yogyakarta: yayasan penerbitan FIP IKIP, 1973)Dr. Ja’far MA, Gerbang Tasawuf: Dimensi teoritis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi, (Medan: Perdana Publishing, 2016)Fazlur Rahman, Al-Islam, (Bandung: Mizan, 1993)Hadi Mutamam, Maqam-Maqam Sufi dalam Alqur’an, (Yogyakarta, Al-Manar: 2009)HAMKA, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990)Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset: 2002)Ibn Atha Allah, al-Hikam al-Athiyyah, ditashih, Syekh Fadhlalla Haeri, The Wisdom of Ibn 'Atha' Allah, diterj. Lisma Dyawati Fuaida, Al-Hikam Rampai Hikmah Ibn 'Atha' Allah, (Jakarta: Serambi Ilmu, 2006)Ibnu al-Qayyim al-jauziyyah,Madarij al-Salikin bain Manazil Iyyal Na’bud wa Iyyak Nasta’in, (terj. Khatsur Sukardi), (Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 1998)Ibnu Hajar Asqalani, Fathul Bahri, (Jakarta: Pustaka Syafi’i), Jilid. XIIbnu Qoyyim Al-Jauziyah, Madarijus Salikin Baina Manazili Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in, (Beirut: Darul Fikr, 1989)Jalaluddin Rahmad, SQ: Psikologi dan Agama, (Bandung: Mizan, 2004)Jamal al-Din Muhammad ibn Mukarram al-Ansharî ibn Manzhûr, Lîsan al-Arab, juz I, Mesir : al-Mu’assȃsah al-Mishrîyah al-Ammah, t.thJamaluddin Ahmad al Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabbah Shufiyah, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2002)K. Bertens, Psikoanalisis Sigmund Freud, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016)Laili Mansur, Ajaran dan Teladan Para Sufi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996)M. Khatib Quzwain, Mengenal Allah: Suatu Pengajian Mengenai Ajaran Tasawuf Syaikh Abdul Samad Al-Palimbani, (Jakarta: Pustaka Bulan Bintang, t.t)Miswar, AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter Islam, (Perdana Publishing: 2016)Muhammad Syafei Anwar, Pemikiran dan Aksi-aksi Islam di Indonesia, (Jakarta : Paramadina, 1995), Cet. INanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syati’i, Pengembangan Masyarakat Islam DariIdeologi, Strategis Sampai Tradisi, Bandung : PT. Rosdakarya, Cet. I, 2001Rif’at, Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, (Jakarta: Amzah, 2011)Thowil Akhyar, The Secret Of Sufi Rahasia Para Sufi, ( Semarang: Cv Asy Syifa, 1992)Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, ( Jakarta: Amzah, 2015)Wahid Bakhsh Rabbani, Sufisme Islam, (Jakarta, Sahara publisher, 2004)Yusuf Qordowi, Kayfa Nata Ma’a al-Qur’an fi al-Addin, ( Kairo : Dar al- Syuruq, 2000), Cet. IV
No comments:
Post a Comment