Thursday 31 January 2019

AKTIVITAS MANUSIA BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI RABBANY


AKTIVITAS MANUSIA BERBASIS INFORMASI
TEKNOLOGI  RABBANY
           ===============================================
Oleh: Prof. Dr. Sukiman, M.Si
                PENDAHULUAN
           Salah satu keunggulan manusia adalah hayawan an-natieq (hewan yang berfikir), sehingga otak manusia itu dianugerahi oleh Allah lebih kurang 60 milyard sel syaraf otak. Dengan jumlah yang bergitu besar sel yang dapat meyimpan partikel-partikel ilmu pengetahun dan cara kerja serta gerakan manusia. Dengan modal syaraf otak manusia itulah, manusia diberikan amanah untuk menjadi khalifah di bumi, dengan memiliki kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Disinilah peran pendidikan akan memberikan wawsan ilmu pengetahuan (kognisi) sikap (afeksi) dan pengamalan (psikomotor) bagi manusia. Dimensi pendidikan dalam yang dapat membentuk ketiga potensi di atas, sejatinya dilakukan beberapa model, pertama; ta’lim untuk mengisi kecerdasan akal dengan diberikan  sejumlah ilmu pengetahuan agar hidupnya tetap dalam kebenaran (haq) dan jauh dari kesalahan (bathil). Kedua; tarbiyah untuk mengisi kecerdasan emosional (jiwa) dan keterampilan, sehingga seseorang memilki skill alternatif dan dapat mencapai kebaikan (thayyib) dan terhindar dari keburukan (syarr). Ketiga; ta’dib untuk mengisi kecerdasan spiritual agar manusia ini melaksanakan ibadah secara benar dan kontinutas sehingga hidupnya mulia (takrim)  dan terhindar dari kehinaan. Keempat; tazkiyah adalah untuk mengisi kecerdasan hati (qalb) agar manusia memperoleh rahmat (ni’mat) Allah dan terhindar dari laknat Allah berupa bencana atau musibah. Kelima; riyadhah untuk mengisi kecerdasan fisik berupa kesehatan lahir dan bathin agar hidup manusia sehat wala’afiyat, (M. Quraish Shihab, 1992:287), dan terhindar dari penyakit, sehingga memperoleh kebahagiaan (saadah) dan terhindar dari  kesengsaraan (al-wail). Keenam; sillat ar-rrahim untuk mengisi kecerdasan sosial agar hidupnya semakin luas (alwasi’) dan terhindar dari sempit (dhayyiq). Dengan bergitu, seorang manusia mesti berusaha menempatkan diri dalam posisi yang benar, baik, mulia, memperoleh rahmat Allah, sehat dan bersosial. Potensi-potensi tersebut sangat mempengaruhi kualitas kehidupan seorang manusia baik di dunia maupun untuk akhirat.
          Seluruh hidup manusia ini teleh diatur, ditetapkan dan dikendalikan oleh Allah Swt secara zahir maupun bathin, tidak ada sedikitpun yang luput dari pantauan dan aturan Allah Swt. Dengan begitu Allah Swt memiliki kekuasaan yang sangat besar (Agung) untuk memprogram seluruh data kehidupan manusia sejak dari zaman azaly, perbuatan-perbuatan manusia di dunia sampai mempertanggung jawabkan perbuatannya di akhirat. Jadi semua kegiatan hidup adalah sebagai data yang telah dirancang di Lauh Al-Mahfudz sebagai Pusat Data Hidup  Manusia (PDHM) mulai dari rancangan atau  blue print kehidupan dan catatan amal ibadah seseorang yang dikirim  berupa amalan-amalan manusia di alam dunia, seterusnya sampai pada hari akhirat, tersimpan rapi di pusat data ini.  Data-data hidup manusia ini terdiri dari data kebaikan (al-hasanah) dan data keburukan  (al-syaiat) data yang baik ini akan diberi Allah balasan berupa pahala (as-tsawab) dan di akhirat akan dimasukkan Allah ke dalam Surga (al-Jannah) sebaliknya data buruk dan kejahatan akan diberikan dosa (al-iqab) dan akan dimasukkan Allah ke dalam Neraka (an-Nar).
         Kertas kerja ini mencoba membahas secara imajinatif teologis berdasarkan ungkapan-ungkapan Alquran dan hadis-hadis Nabi Muhammad  Saw, maupun pendapat para ulama dengan menggunakan metode renungan dan analogi ilmiah berdasrkan penggunaan informasi teknologi secara faktual di dunia ini. Di zaman modern sekarang ini teknologi buatan manusia sudah begitu cangggih seperti computer, TV, leptop, hand phon yang kemudian dapat dijadikan sumber data serta melakukan hubungan komunikasi jarak jauh seperti internetan, email, telekomfrens, transaksi keuangan dan yang lainnya. Tentu saja Allah telah menciptakan informasi teknologi super cangggih yang dapat menyimpan, mengakses data-data manusia bahkan alam semesta ini tunduk dan patuh terhadap perintahnya (Q.S.  ). Sangat berbeda dengan tekologi informasi  buatan manusia yang terbatas  hanya berkutat antara manusia di alam dunia ini saja, sedangkan teknologi informasi buatan Allah dapat dimanfaatkan oleh manusia di dunia sampai nanti di akhirat dan dapat dilihat dan dikendlikan oleh Malaikat mencakup seluruh makhluk Allah Swt. Dalam tulisan ini dicoba mengelompokkan pembahasan  meliputi pangkalan data di Luhun Al-Mahfuz lalu kemudian bagaimana  data diproses sampai ke pusat data, evaluasi data dan tentu saja bagaimana pula cara mmeperbaiki data sekiranya hilang atau rusak dimakan oleh virus-verus jahat.
LAUHU AL-MAHFUDZ SEBAGAI PUSAT PANGKALAN DATA MANUSIA
               Dalam pandangan ilmu Pembangunan Islam bahwa blue print (cetak biru) kehidupan manusia  pada hakikatnya sudah  ada dalam perjanjian (MoU) yang disepakati antara manusia dengan Allah yang ditetapkan dalam satu waktu dan tempat di alam azaly yang dinamakan dengan Lauh al-Mahfudz (Q.S. 58:22).  Lauh al-Mahfuzd itu sendiri berada di kawasan Al-‘arsy Allah Swt, (Q.S.7:54) tsummastawa ‘ala al-arsy bermakna bersemayam di atas Arsy atau ditafsirkan sebagai berkuasa atau kekusaan Allah dalam mengatur dan mengendalikan alam raya, tetapi tentu saja hal tersebut sesuai dengan kebesaran dan kesucian Nya dari segala sifat kekurangan atau kemakhlukan. Arsy diartikan sebagai tempat duduk raja atau singgasana, jadi Allah Swt pemilik Arsy Yang memegang kendali kekuasaan dan semua merujuk dan tunduk kepada Nya. (M. Quraish Shihab, 2004:139).  Lauh al-Mahfuzd juga dimaknai dengan ummu al-kitab (induk catatan), kitab terpelihara (Q.S: al-Waqiah: 78), kitab yang nyata (Q.S. An-Nahl ayat 75).
             Selain itu, Lauh al-Mahfudz sendiri memiliki beberapa fungsi, pertama; tempat penyimpanan program atau rencana (qadha) Allah Swt. yang akan dwujudkan-Nya di dunia ini baik terhadap manusia, makhluk-makluk lain dan alam semesta, termasuk hal-hal yang akan terjadi berlaku di dunia maupun akhirat. Kedua, pusat data Ilahiyah bagi seorang hamba atau mahkluk Allah, di mana di tempat inilah dikemas secara rapi dan utuh amal ibadah serta semua prilaku manusia baik lahir maupun bathin (syirra wa alaniyah) yang kelak akan dibuka (print out) dan dapat diketahui dan diambil datanya untuk di klarifikasi dan dihisab di akhirat. Ketiga; Tempat hasil evaluasi dua arah antara qudrah Allah Swt. dengan amal manusia (ikhtiyar) manusia untuk kemudian dilakukan perbaikan berupa pengahapusan  serta penambahan data amal manusia di dunia, yang telah dihimpun oleh Malaikat  Kiraman dan Katibin.[1](Q.S.82:11-12). Keempat; tempat menerima kiriman (seving pahala) dari amal ibadah manusia berupa shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, anak amal shaleh,[2] termasuk doa, shadaqah dari keluarga dan orang-orang masih hidup. Salah satu wasiyat Rasulullah Saw kepada Abu Dzar Al-Ghifari, bacalah Al-quran karena sesungguhnya ia akan  menjadi cahaya (nur) bagimu di bumi dan menjadi simpanan (zuhrun: deposito) di langit (Lauh al-Mahfuzd). (Hasan Al-Banna, 2012:307). Dalam fungsi pertama Lauh al-Mahfuzd di zaman ‘azaly itulah Allah Swt. telah menciptakan roh-roh manusia dan membuat perjanjian (fakta integritas) antara Allah Swt selaku Khalik dan manusia sebagai makhluk dengan membuat pernyataan aqidah di hadapan Allah  Rabbul Jalil untuk menjadi seorang yang Rabbany yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt, dengan menyatakan “alastu birabbikum qalu bala syahidna” Pengakuan ini termaktub dalam firman Allah surat Al-A’raf ayat 172 :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172)
        Maknanya:Ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adamketurunan mereka dan Allah mengambil kasaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman)”Bukakah Aku ini Tuhanmu?”Mereka menjawab “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari Kiamat kamu tidak mengatakan, “sesungguhnyaketika itu   kami lengah terhadap ini. (Q.S.8:172).
       Menurut Muhammad Syukri Salleh (2003:34-35), bahwa ikrar manusia di alam roh ini melahirkan tiga hal penting bagi kehidupan manusia di dunia. Pertama, dikurniakan status sebagai hamba Allah s.w.t. Kedua, manusia dikurniakan pula garis panduan atau pelan induk (blue print) kehidupan di dunia.  Ketiga, manusia dimaklumkan bahwa alam roh, alam dunia dan alam akhirat sebenarnya merupakan alam-alam yang berkesinambungan dan tidak terpisah antara satu sama lain. Alam roh merupakan alam perjanjian, alam dunia merupakan alam pembuktian dan alam akhirat merupakan alam pembalasan. Oleh sebab itu, maka terbuktilah bahwa semua keturunan manusia sebagai anak Adam telah diberikan potensi sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Potensi iman dan takwa ini direspons kelak oleh kedua orang tuanya berdasarkan giliran yang telah ditakdirkan oleh Allah Swt. Jadi secara emberiologi roh keturunan Nabi Adam telah pernah transit di Surga sebagai pengalaman rohani dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan yang ada di dalamnya, kendatipun kemudian Nabi Adam dan isterinya Hawa diturunkan ke bumi karena melanggar perintah Allah dengan mendekati pohon Khuldi, (Q.S.2: 35). Pengalaman rohani bagi keturunan Adam itulah diberikan perintah agama (Dienul Islam) sebagai wahana di dunia agar kelak masuk lagi ke dalam Surga.
        Setiap manususia sesungguhnya telah memiliki pangkalan data di Lauh al-Mahfuzd atau sebut saja arsip Ilahiyah, pangkalan data ini baru sekedar tempat identitas maupun ruang catatan hidup manusia. Dalam pangkalan data ini baru tersimpan perjanjian seseorang manusia dengan Allah (Q.S.8:172) yang telah disebutkan di atas. Selanjutnya pangkalan data yang telah diisi dengan blue print, lalu kemudian baru ditambah dengan program umum atau istilah manajemen kepegawaian disebut dengan SKP (Sasaran Kerja Pegawai) sejatinya semua manusia telah menentukan sasaran kerja,  sebut saja SKM (sasaran kerja manusia)  yang akan dilalui oleh seseorang, yang terdiri dari empat kolom. Empat kolom itu sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. yang bermakna:
    Dari Abi Abd Rahman Abdullah bin Masud Radhiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda: ”Sesungguhnya seseorang kamu dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya empat puluh hari sebagai nutfah (air mani), kamudian menjadi ‘alaqah” (darah) semisal itu, lalu manjadi mudghah (daging) semisal itu, kamudian diutuslah  Malaikat untuk membawa roh seseorang di dalam rahim itu, lalu diserulah kepadanya empat hal, yaitu; catatan rizki, umur (ajal), celaka atau bahagia” (H.R. Bukhari Muslim).
       Keempat kolom (rubrik) itulah kelak seseorang akan mengisinya sebagai Sasaran Kerja Manusia (SKM). Jadi, semua amal perbuatan manusia itu akan diisi scara Online ketika manusia melaksanakan kegiatan walaupun sebesar molekul sekalipun (Q.S. 99:7-8), semua data itu akan tersimpan rapi di Pusat Data Manusia (PPM) di Lauh al-Mahfuzd. Data-data terekam sacara otomatis dari alam dunia menuju sasaran pusat data. Apabila ditelusuri secara mendalam bahwa empat rubrik data manusia yang telah disebutkan Nabi Muhammad Saw, itu merupakan pilar utama kehidupan. Pertama, antara rizki dan azal, kongkritnya antara aktivitas ekonomi dan umur, karena kedua indeks ini merupakan inti dari hidup. Apapun yang hendak dilakukan tentu mesti menggunakan harta (al-mal) sebagai modal dasar. Itu sebabnya Imam Al-Syatiby (tt:3).  meletakkan memelihara harta (maal) sebagai salah satu unsur  maqasid syariah, yang mesti dimiliki oleh manusia, dengan harta itulah seseorang dapat melakukan amalan-amalan ibadah, muamalah, akhlak bahkan imanpun sangat dipengaruhi oleh harta. Rasulullah Saw menyampaikan dalam sebuah hadisnya yang berbunyi:”kadal faqru an yakuna kufran” artinya: kefakiran akan membawa kepada kekufuran.  Lebih kongkrit lagi melakukan ibadah ke dalam masjid mestilah dengan maal bahkan sebelum melakukan ibadahpun perut diisi dahulu dengan makanan, lihat firman Allah dalam surah al-‘Araf ayat 31.
يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (31)
Maknanya: Wahai anak cucu Adam Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihanan (Q.S.7:31).
       Begitu pentingnya harta (maal) dan aktivitas manusia, lebih dari itu apabila ada orang fakir tentu berpengaruh terhadap pengamalan ibadah sehingga kurang khusu’ (serius) malakukan ubudiyah kepada Allah, karena di samping  terus memikirkan bagaimana mencari harta juga terasa rendah diri dalam memasuki rumah Allah dan ada rasa malu dengan orang lain akibat tidak mempunyai harta ini. Sekali lagi rizki sangat mempengaruhi ibadah apalagi umat Islam disuruh naik haji, berqurban, bersedaqah, zakat yang tentu memerlukan harta. Ada lagi pesan keislaman bahwa doa orang muslim tidak tertetima disisi Allah jika memiliki harta yang haram. Ironisnya lagi, orang yang fakir dan miskin  baik fisik maupun miskin cultural membuat penderitaan hidup mereka sama dengan penderitaan di neraka. (Luqman Sutrisno, 1989:5). Mencari rizki yang halal dan aktivitas ibadah, muamalah dan akhlak melibatkan waktu sepanjang umur seseorang, sejak dari mukallaf sampai tutup usia. Jadi semua kehidupan manusia berada pada interval umur dan rizki, maka sudah tentulah semua aktivitas masuk dalam pangkalan data riki dan ajal.
      Pangkalan data kedua, ialah bahagia (syaadah) dan syaqiyah (celaka) sebagai dua jalan hidup sejak dari dunia sampai akhirat. Itu sebabnya Allah menurunkan Dienul Islam sebagai wadah penyelamat manusia baik di dunia maupun di akhirat (Q.3:19). Siapa yang jauh dari Islam maka ia akan merugi di akhirat (Q.S. 3:85). Barangsiapa yang mengamalkan ajaran Islam dia akan mendapatkan kebahgiaan dan barangsiapa yang meninggakan ajaran Islam maka ia akan celaka. Maka tujuan ajaran Islam adalah memberikan jalan akan manusia selamat sehingga diberikan dua pola yaitu, orang beriman megerjakan amal haleh akan mendapat pahala dan ujrah maka di akhiat masuk surga, sebailiknya orang yang kufir akan mendapat dosa (tsawab/iqab) dan di akhirat masuk Neraka. Maka sudah semestilah data-data yang membawa kepada dua jalan itu akan terus terinput dalam pangkalan data kedua ini, yang kelak nanti dia akhirat akan diterimanya.
          Sistem masuknya data ke dalam website seseorang melalui empat kolom yang telah dikemukan di atas, sangat otomatis dan pleksibel, artinya bahwa data yang masuk itu merupakan yang baik maka sudah terdeteksi secara dini dari niat dan diringi dengan kerja maka telah memdapat nilai ganda (niat+perbuatan). Apabila niat saja tanpa diiringi dengan kerja masih mendapat nilai satu point, sekiranya diringi dengan kerja maka dapat sepuluh point. Sedangkan pekerjaan buruk/ jahat, yang baru direncanakan atau niat saja maka belum masuk menjadi data kejahatan, akan tetapi jika diiringi dengan perbuatan jahat dsiniah baru masuk sebagai perbuatan dosa dalam pangkalan data (Q. S. 6:160). Jadi password data manusia secara otomotis muncul dari niat. Sabda rasulullah Saw, yang maknanya: “Sesungguhnya amal seseorang dimulai dari niat, dan sesungguhnya setiap urusan tergantung kepada niatnya, maka barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang hijrah karena dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya maka hijranya itu apa yang ia niatkannya” HR. Muslim.
PROSES TRANMISI  DATA-DATA KEHIDUPAN  MANUSIA
            Manusia  beriman mulai diperhitungkan perbuatannya sejak  telah dibebani kewajiban (mukallaf) beragama di mana beban tersebut dalam bingkai hukum taklifi  meliputi hukum wajib, haram, sunnat, makruh dan mubah. Semua yang dikerjakan oleh umat Islam  tidak terlepas dari kelima hukum ini, sehingga setelah mukallaf inilah pekerjaan manusia sudah dihitung, apakah pekerjaan tersebut masuk dalam kategori pahala (tsawab) ataukah termasuk dalam dosa (zanbun/iqab), langsung dikirim ke Pusat Pangkalan Data (PPD) manusia di Lauh al-Mahfudz. Agar data itu akurat dan benar tentu, Islam mengajarkan bahwa setiap manusia mengawalinya dengan niat (nawaitu) serta diiringi dengan kalimat al-Basmallah dan ditutup dengan al-Hamdalah. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa “setiap urusan tidak dimulai dengan bismillah maka ia akan terputus.
         Adapun operator Informatika teknologi pekerjaan manusia ini dikendalikan oleh Malaikat Kiraman dan Katibin seperti yang difirmankan oleh Allah dalam surat al-Infitar ayat:  
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ (12)     
MaknanyaSesungguhnya kamu ada yang mengawasinya yaitu Kiraman Katibin, mereka mengetahui apa yang kamu lakukan (Q.S: 19:10-12).   
        Bagi Malaikat sebagai operator amal manusia, hanya bekerja untuk menginput, mengapdit, dan mengirim pebuatan manusia ke Pusat Data Manusia, menjadi deposito  bagi seseorang di akhirat. Adapun alat rekam (recoard) seluruh perbuatan manusia, Allah Swt telah menciptakan sebuah alat super canggih yang telah diletakkan di leher (unuq) yang sanggup merekam semua bentuk gerak-gerik, perbuatan baik yang tampak maupun yang tersembunyi secara otomatis dan nonstop. Hal ini disampaikan oleh Allah dalam  surat Al-Isra’ ayat 13-14 berbunyi:
وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا (13) اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا (14)
Maknanya:Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu  (Q.S.17: 13-14).
          Berdasarkan ayat di atas, maka semua gerak gerik manusia sesungguhnya telah direkam secara utuh, totalitas dan berkesinambungan dan di akhirat nanti catatan rekaman data itu akan dibuka secara online. Akhirat adalah sasutu rukin iman yaitu percaya kepada hari akhir, karena di sinilah Allah Swt. akan memberikan balasan terhadap perbuatan manusia di dunia, berupa perbuatan baik maupun yang buruk.  Untuk mendapatkan balasan tersebut tentu amalan-amalan manuia tersebut mestilah ditelusuri dan diklarifikasi melalui tiga bentuk, yaitu  (1) niat  (2) perkataan dan (3) perbuatan. Oleh sebab itu, setiap niat yang dicetuskan, kata yang keluar dari mulut, setiap tindakan yang dilakukan oleh anggota tubuh kita dicatat dalam eter (Waheeduddin, 1983:116), yang dalam al-Quran disebut dengan Unuq. Fakta ilmiah membuktikan bahwa memang apa-apa saja kita alami, kita kerjakan yang terjadi dalam hidup kita senantiasa dapat kita ingat-ingat lagi perisiwa-peristiwa ini masih dapat kita orientasi ulang semenjak kita sudah balligh (berakal). Terdapat percobaan ilmiah membuktikan bahwa seluruh fikiran kita tersimpan dalam bentuknya yang sempurna dan kita tidak akan mampu untuk menghilangkannya. Percobaan-percobaan tersebut membuktikan pula bahwa kepribadian tidaklah rerbatas pada apa yang kita sebut dengan “alam sadar”. Di samping alam sadar itu terdapat bagian lain dari kepribadian manusia yang terletak di balik alam sadar yang disebut Freud dengan “alam bawah sadar” (Waheeduddin, 1983: 117). Dalam “alam bawah sadar” itulah terekam data kehidupan manusia dari ketiga dimensi yang telah disebutkan di atas, sehingga benar-benar menjadi hardis (sofe copy) dan foto copy ( haad copy) nya telah dikirim ke pusat data manusia.
         Secara lebih rinci perlu diketengahkan fakta ilmiah berkaitan dengan ketiga dimensi data manusia yang direkam sebagai berikut:
 Pertama: Niat, adalah berupa keinginan hati yang tercetus dalam diri seseorang, yang menurut S. Freud bahwa dorongan-dorongan tersembunyi (conative impulses) yang tidak pernah keluar dari alam bawah sadar, bahkan renungan-renungan yang bersifat khayali yang terpendam dalam bawah sadar, tetap ada dalam kenyataan dan hakikatnya tersimpan sampai puluhan tahun seolah-olah ia baru terjadi kemaren (Waheeduddin, 1983:118).  Dalam pengalaman hidup kita shari-hari, keadaan itu benar terjadi adanya, sehingga sering terulang dalam pikiran kita, terutama ketika dalam keadaan tertentu sering memutar jarum jam sejarah hidup kita. Jika pengalaman itu menyenangkan tidak jarang ia tersenyum indah bahkan ketawa kecil ketika mengingatnya, sekiranya ingatan masa lalau itu buruk dan meneyeramkan terkadang kening dan wajah berkerut, itulah data kejiwaan sesorang tetap tersimpan rapi dalam hardis manusia.
Kedua, Ucapan adalah sasuatu yang melekat dalam diri manusia yang sehari-harinya berkomunikasi sesama manusia untuk melakukan kegiatan, termasuk juga beribadah menggunakan komunikasi. Sangat jelas bahwa, setiap manusia akan mempertanggung jawabkan semua ucapan-ucapan baik ucapan yang benar maupun yang  buruk, puji-pujian, atau caci maki sekalipun dan seluruh ucapan yang telah keluar dari mulut sesorang akan direkam  dalam catatan lengkap, firman Allah Swt. dalam surat Qaf ayat 18 yang bermakna: “Tidak  ada satu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat”. (Q.S. 50:18). Catatan ini akan diajukan ke hadapan Mahkamah Agung di akhirat untuk penyelesaian perkara hisab manusia.
 Ketiga, perbuatan merupakan gerak-gerik fisik manusia yang sesungguhnya manjadi bukti autentik ketaatan maupun pengingkaran manusia terhadap perintah Allah, fisiklah yang tampak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Perbuatan mencuri, membunuh, judi dan perbuatan kejahatan lainnya juga tampak secara fisik. Semua perbuatan-perbuatan jasmani terekam menggunakan alat digital otomatis buatan Allah yang bernama unuq yang telah disebutkan di atas tadi. Alat ini merekaman ini secara kontinu dan lengkap. Penenelitian ilmiah yang telah membuktikan bahwa segala sesuatu, baik yang terjadi pada tempat yang gelap maupun yang terang, benda mati maupun bergerak, semuanya memancarkan panas secara terus menerus pada setiap keadaan dan disegala tempat. Pasan tersebut merefleksikan semua bentuk dan dimensi peristiwa secara sempurna. Seperti halnya suara yang merupakan refleksi dari gelombang-gelombang yang digerakkan oleh lidah. (Waheeduddin, 1983:123).
        Jadi ketiga data yang disebutkan tadi berupa niat, ucapan dan perbuatan telah direkam oleh alat digital bautan Allah yang sudah diletakakan di leher manusia atau semacam CCTV (central of circuit tv) yang dalam al-Quran disebut dengan unuq. Data-data ini setiap waktu dikirim ke Lauh al-Mahfuzd menggunakan email, faximel, feshbook tentu saja versi malaikat. Amal manusia ini dikirim setiap hari senin dan kamis, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw, yang bermakna: “Kemudian dikirimlah amal-amal manusia setiap hari Kamis dan Senin, maka Allah ‘Azza wajalla mengampuni dosa manusia pada setiap hari itu bagi mereka-mereka yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun” (HR.Muslim).
           Manurut suatu temuan seorang ahli, bahwa amal ibadah umat Islam akan dikirim ke Hadirat Allah lewat jalur Ka’bah, jadi semua doa dan amal ibadah seseorang akan menumpuk di Ka’bah, lalu dengan kegiatan tawaf seseorang yang berhaji maupun umrah memutarkan moor raksasa di atas Ka’bah ke angkasa luar yaitu ke langit sebagai tempat Arasy Allah bersemayam.[3] Cara seperti ini tentu diberikan kepada orang-orang umum sehingga semua amal ibadah mesti mengikuti regulasi teolgis, tentu berbeda dengan orang muqarrabun (orang khawas), di mana amal ibadahnya secara langsung dapat dikirim tanpa prosudur dan jalur regulasi.
           Selanjutnya amal ibadah yang telah dikirim dan disimpan di Lauh Mahfudz itu kelak akan  akan dihitung, sehuingga ia mengetahui amalnya itu masing-masing,  Allah berfirman dalam surat al-Qari’ah ayat 6-9 berbunyi :
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (٦) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (٧) وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (٨) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (٩(
Maknanya: "Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang ringan timbangan (kebaikan) nya. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah" (Q.S.554:6-9).
SISTEM PEMBAHARUAN DAN PERBAIKAN DATA MANUSIA
Selama manusia hidup semua aktivitas kebaikan dan keburukannya telah dikirim ke Lauh al-Mahfuzd, tetapi tidak semua amal ibadah yang terkirim itu masuk dalam pangkalan data. Akan tetapi bisa jadi amal ibadah itu tidak sampai dalam catatan itu, akibat seseorang melakukan kesalahan atau amalan-amaan tersebut telah dimakan oleh verus (dosa) akibatnya seseorang akan menjadi bangkrut di akhirat.[4] Adapun virus yang dapat menghapus atau memakan pahala seseorang adalah hasad wa akhawatuha, seperti kibir (sombong), namimah (membicarakan orang lain), syum’ah (mengupat), ghibah (membuka aib orang lain), riya (pamer amal), syuudzan (buruk sangka) dan hasad (dengki). Sabda Rasulullah Saw yang berbunyi: “Iyyakum min al-hasadi fainnalhasada yakululhasanata kama yakulul nnarul khutaba”. Maknanya” Berhati-hatilah kamu dengan dengki karena dengki akan mamakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar”.
        Sebagai ilustrasi saja bahwa seseorang tidak dapat mngetahui secara pasti apakah amal ibadahnya sudah memenuhi jumlah kuota pahala untuk masuk Surga, ataukah dosanya lebih besar dibandingkan dengan pahalanya sehingga ia mengira sudah menseving banyak pahala tetapi karena pahalanya disantap oleh virus-virus buatannya sendiri akhirnya kelak ia akan masuk Neraka. Sabda Rasulullah Saw, yang bermakna: “Sungguhnya di antara kamu ada yang beramal dengan amalan ahli surga sehingga antara dia dengan surga tinggal sehasta saja, tetapi didahului dengan datang catatan amalnya ternyata ia menjadi ahli neraka maka masuklah ia ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada di antara kamu beramal dengan amalan ahli nereka, sehingga antara dia dengan neraka tinggal satu hasta saja  maka didahului dengan datangya catatan amalnya ternytata ia sebagai ahli surga dan masuklah ia kedalamnya”. (HR. Bukhari Muslim). Dari hadis ini, dapat difahami bahwa meskipun sudah ditakdirkan Allah Swt, bagi seseorang memperoleh surga atau neraka, tetapi masih diberi peluang oleh Allah untuk memperbaikinya, sehingga dapat memilih untuk masuk surga. Dalam kajian ilmu kalam, memang terdapat dua aliran besar terhadap menetukan amal manusia yaitu Jabariyah (Teosentris) dan Qadariyah (Antroposentris).  Aliran Jabariyah, berpendapat bahwa perbuatan manusia telah ditentukan oleh qadha dan qadar dari Allah. Menurut al-Syahrastani (2008:69) aliran Jabariyah menafikan (menolak) adanya perbuaatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan semua perbuatan kepada Allah Swt. Meskipun aliran ini menggunakan ayat al-Quran sebagai landasan argumennya di antaranya (Q.S.37:9) dan (Q.S.76:30). Semantara aliran Qadariyah berependapat sebaliknya, bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta segala perbuatnnya, ia dapat berbuat sesuatu dan meninggalkannya atas kehendaknya sendiri (Q.13:11). Manusia mempunyai qudrah (kekuatan) sendiri untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian behwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar Tuhan. (Harun Nasution, 1972:31). Aliran ini juga menggunakan beberapa ayat al-Quran sebagai landasan ajaran mereka dinataranya (Q.S. 13:11). Walupun ada jalan tengah  antara dua aliran yang kontradektif dengan teori “al-Kasab” berupa bertemunya antara usaha maksimal manusia dengan takdir Allah. Menurut Asyari, manusia tidak memiliki kemampuan, tanpa ada izin dan pengetahuanNya. Perbuatan baik dan buruk hanyalah terjadi dengan kehendakNya, mereka menjadi saleh jika Tuhan memberinya petunjuk, niscaya mereka mendapat petunjuk itu (Al-Asyari, tt:9). Menurut Harun Nasution (1975:109), bahwa teori al-Kasab ini, tidak akan lepas dari asumsi dasarnya tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Manusia dan perbuatannya adalah ciptaan Tuhan, sedangkan manusia hanyalah sebagai alat untuk berlakunya perbuatan Tuhan.
           Apapun yang dibincangkan oleh para mutakallim itu, pada akhirnya terserah kepada Alllah, karena Dialah yang mengatur dan melakukan qudrah dan Iradahnya kepada manusia termasuk menentukan seseorang untuk masuk surga ataukan neraka. Walaupun demikian, manusia tetap berusaha maksimal memperoleh derajah yang mulia di akhirat. Untuk itulah, kita bersuha untuk memperbaiki catatan amal yang sudah dikirim dan tersimpan di Lauh al-Mahfuzd.  Allah Swt dan Rasulnya, memberikan kesempatan untuk beramal ibadah yang luas dan menghapus dosa masa lalu yaitu bulan Ramadhan sebagai masa perbaikan amal shaleh. Sabda Rasulullah Saw. Man shama Ramdhana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbihi (Barang siapa yang berpuasa dengan penuh perhitungan maka Allah akan menghapuskan dosa-dosanya yang lalu). Dalam hadis lain, Man qama amadhana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbihi (Barang siapa yang shalat tarawih malam Ramadhan dengan penuh perhitungan maka Allah akan menghapuskan semua dosa-dosanya yang lalu”. Jadi kehadiran bulan Ramadhan sesungguhnya merupakan bulan perbaikan amal ibadah (menambah pahala) dan menghapuskan dosa, maka seorang insan rabbany akan benar-benar mmeiliki stok amal ibadah yang surplus. Apalag jika mendapatkan malam lailatul qadar dengan jumlah pahala sampai seribu bulan yang setara dengan beribadah 86 tauhun, tentu saja seorang muslim rabbany ini akan ditempatkan Allah di Surga Jannatun Naim.
PENUTUP
 Begitulah secara umum amal perbuatan di bumi dan setiap hari dan setiap tahun amalan-amalan manusia dikirim kapada Allah dan akan disimpan di cacatatan amal di Lauh al-Mahhfuz. Catatan amal manusia ini direkam melaui alat monitor digital supra Ilahiyah yang disebut Unuq (Q.S. 17:13-14) oleh Malaikat Kiraman Katibin (Q. S.83:10-12). Layar monitor inipun berjalan secara otomatis dan non stop, sehingga Allah Swt melarang sesorang untuk menutup layar rekam monitor ini (Q.S. 17:29) agar data yang masuk ke Unug ini tercatat jelas dan benar. Sejatinya semua amalan-amalaan manusia yang telah dikirim tesebut dapat masuk dalam kartu amalan di Lauh Al-Mahfuz itu, tetapi bisa jadi amal ibadah itu tidak sampai dalam catatan itu, akibat seseorang melakukan kesalahan atau dimakan oleh verus (dosa) akibatnya seseorang akan menjadi bangkrut di akhirat. Adapun virus yang dapat menghapus atau memakan pahala seseorang adalah hasad wa akhawatuha, seperti kibir (sombong), namimah (membicarakan orang lain), syum’ah (mengupat), ghibah (membuka aib orang lain), riya (pamer amal), syuudzan (buruk sangka) dan hasad (dengki). Sabda Rasulullah Saw yang berbunyi: “Iyyakum min al-hasadi fainnalhasada yakululhasanata kama yakulul nnarul khutaba”. Maknanya” Berhati-hatilah kamu dengan dengki karena dengki akan mamakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar”.
Untuk memperbaiki amal ibadah manusia ini masih diberikan usaha yang maksimal ketika bulan Ramadhan datang. Di sini, seorang mauslim dapat mmeperbanyak amal shaleh yang dapat mengahapus dosa, sehingga catatan pahalanya semakin bertambah dan dosanya dihapuskan, sehingga tercatat sebagai ahli jannah.
Wa Allah ‘alam bi ash-Shawab
DAFTAR BACAAN

Al- Asy’ari. (tt) Al- Ibanah an ushul al-Diniyah. (Kairo: Idarah al-Tahabaah al- Muniriyah).
Abu Al-Fatah Muhammad Abd Karim bin Abi Bakar Ahmad al-Syahrastani (2008) Al-Milal wa an-Nihal. (Beirut: Dar al-Fikri).
Hasan Al-Banna (2012) Majmu’ atu Rasail (Surakarta: Era Adicitra Intermedia).
Harun Nasution (1986) Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, Perbandingan (Jakarta:UI Press).
                      Imam Al-Syatiby (tt) Al-Muawafaqah fi Ushul Al-Ahkam, (Beirut: Daar al-Fikri)

                   Mansyur Amin (1989), Teologi Pembangunan:  Pandangan Baru Pemikiran Islam (Jakarta:   LKPSM NU DKI), hal. 5.

                   Muhammad Syukri Salleh (2003). 7 Prinsip Pembangunan Berteraskan Islam (Kuala Lumpur: Zebra Edition Sdn. Pusat Pengajian Sains Kemasyarakatan USM).


                   Muhammad Quraish Shihab (1992). Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan).  
 Wahiduddin Khan (1983) Islam Menjawab Tantangan Zaman, (Bandung: Pustaka Perpustakaan Salman Institut Teknologi Bandung).                                                     
 





                       


[1] Malaikat Kiraman dan Katibin (Mulia dan mencatatkan) mereka mengatehui apa-apa yang kamu perbuat, (Q.S.82)
      [2] Dalam hadis Nabi, apabila mati anak Adam hapuslah segala amalnya kecuali tiga hal, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanafaat dan anak amal shaleh.
                                     [3] Menurut temuan ini,  kenapa harus shalat menghadap kiblat, juga kenapa harus ada ibadah tawaf, maka berdasarkan implikasi hukum Kaidah Tangan Kanan (hukum alam)  bahwa putaran energi kalau bergerak berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah energi akan naik ke atas. Arah ditunjukkan arah empat jari dan arah ke atas ditujukan oleh arah jempol. Enegi yang terkumpul akan diputar dengan ke atas menuju langit, sebagai suatu  cerobong dari Ka’bah. Tuhan telah membuat saluran agar shalat dan doa dalam bentuk energi tadi agar sampai ke Hadirat Nya selama 24 jam sehari terpancar cerobong Energi yang terfokus naik ke atas langit. (http//palingseru.com/4831/ Hubungan Kiamat Dengan Kubah).
[4] Ada sebuah kisah, yang disampaikan oleh Rasulullah bahwa orang yang bangkrut di akhirat ialah orang-orang dia kherat telah membawa banyak amal ibadah baik amalan shalat, puasa, zakat dah haji tetapi banyak orang yang komplin atas kejhatannya di duia maka Allah mempersilaknnya untuk mengklarifikasi atas kebenaran tersebut, dan akhirnya pahala sedikit demi sedikit diberikan kepada yang menuntutnya, akhirnya  semua pahala-pahalanya telah habis, akan tetapi masih ada yang komlin maka dosa orang tersebut dibebankan kepadanya maka bangkrutlah dia.

No comments:

Post a Comment